Tulisan : Yang Kuat

Diam-diam Allah memang sedang menjadikan kita lebih kuat. Lebih tangguh. Naik level lah. Tapi mengapa di saat (katanya) diri telah menjadi lebih kuat, nyatanya diri justru jadi lebih banyak menangis?

Kenapa sih, nangis mulu.
Hidupnya susah banget ya.
Banyak masalah apa gimana sih.
Ujiannya berat banget apa ya.
Jangan sedih mulu lah.
Banyak orang yang lebih besar ujiannya kok.

Kadang, aku berpikir kata-kata tersebut muncul dalam benak orang-orang saat melihat seseorang menangis, apalagi jika bukan hanya sekali. Apa yang orang pikirkan tentang air mata seseorang . Entahlah, tapi bagiku, air mata adalah bahasa cinta yang tulus, mungkin lebih tulus daripada kata-kata. Meskipun kutahu ada juga sih air mata palsu.

Yang pasti tulus? Wallahu a’lam. Hati manusia memang sangatlah dalam.


Kuat itu hanya apa yang terlihat di mata manusia. Sedangkan tangisan, seringkali disembunyikan.

Nyatanya, berapa banyak yang kuat itu berulang kali, menjadi yang lemah di hadapan Allah. Jatuh sejatuh-jatuhnya. Meminta kekuatan atas hal yang tak kunjung ia bisa raih. Mungkin lemahnya diri adalah sebab mengapa hasil meleset dari ekspektasi dan ikhtiar. Juga memohon perlindungan dari keburukan yang mungkin menimpa diri.

Nyatanya, yang kuat itu tak punya apa-apa. Jadi dia berulang kali meminta bantuan agar mampu melewatinya dengan baik. Agar bisa terus bertahan. Agar bisa terus memberi sebaik-baik pemberian. Juga meminta bantuan kepadaNya karena kefaqiran diri. Menyadari bahwa milikNya lah segala yang dipunya. Juga apa yang diri ini tidak punya. Cukuplah Dia yang nanti memenuhi kebutuhan dan terantarkan lewat ikhtiar.

Di dunia ini, tak akan sampai segala daya atau upaya kecuali kehendak dariNya. Dan mengharap pada makhluk hanyalah membuat kita lelah sendiri.

Nyatanya jika ingin benar-benar kuat, Allah haruslah menjadi sandaran. Ternyata ia yang kuat itu perlu memohon kekuatan dari Yang Maha Kuasa, Yang Maha Segala., sehingga ia benar-benar dikuatkan.

Dan pada akhirnya, yang dibilang kuat itu justru yang sebenarnya paling banyak menangis.

Bandung, 30 Januari 2021
Muthi Fatihah Nur

Diterbitkan oleh

Muthifatih

Hanya ingin tempat yang nyaman untuk menulis.

Tinggalkan komentar